Memahami Sakau dan Dampaknya pada Tubuh
Sakau adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami gejala putus zat akibat berhenti atau mengurangi konsumsi narkoba atau zat adiktif lainnya. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan psikologis yang ekstrem, terutama bagi mereka yang telah mengalami ketergantungan dalam jangka waktu lama. Sakau bukan hanya sekadar rasa tidak nyaman—pada tingkat yang parah, kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar.
Gejala sakau bervariasi tergantung pada jenis zat yang dikonsumsi, durasi penggunaan, serta kondisi fisik dan mental pengguna. Beberapa zat yang paling sering menyebabkan sakau adalah narkotika seperti heroin, sabu, kokain, ganja, dan obat resep seperti opioid serta benzodiazepin. Efek sakau dapat berupa tubuh gemetar, keringat berlebihan, kecemasan, depresi, nyeri otot, hingga halusinasi dan kejang.
Karena sakau dapat berdampak serius pada kesehatan dan kehidupan seseorang, penting untuk memahami penyebab, gejala, serta cara mengatasi kondisi ini dengan tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai sakau, mulai dari penyebab hingga cara mengelolanya agar pemulihan dapat berlangsung lebih cepat dan aman.
1. Apa Itu Sakau?
Sakau, atau dalam istilah medis disebut withdrawal syndrome, adalah reaksi tubuh akibat ketidakseimbangan sistem saraf ketika seseorang berhenti menggunakan zat yang telah menyebabkan ketergantungan. Kondisi ini terjadi karena tubuh telah terbiasa dengan keberadaan zat tersebut, sehingga ketika asupan dihentikan, tubuh mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal.
Secara umum, sakau bisa dibagi menjadi dua jenis utama:
- Sakau Fisik: Ditandai dengan gejala seperti mual, muntah, keringat berlebih, kejang, nyeri otot, sulit tidur, dan perubahan detak jantung. Gejala ini lebih sering terjadi pada ketergantungan zat seperti heroin, opioid, atau alkohol.
- Sakau Psikologis: Lebih banyak melibatkan gangguan mental dan emosional, seperti kecemasan, depresi, paranoia, mimpi buruk, dan keinginan kuat untuk kembali menggunakan narkoba. Jenis sakau ini sering dialami oleh pengguna kokain, sabu, dan ganja.
Tingkat keparahan sakau tergantung pada seberapa lama dan seberapa banyak seseorang telah menggunakan zat tersebut. Dalam beberapa kasus, sakau bisa sangat berbahaya, terutama jika terjadi pada pengguna opioid dan alkohol, yang dapat mengalami delirium tremens (DT), kejang, dan gagal jantung jika tidak ditangani dengan benar.
2. Gejala Sakau Berdasarkan Jenis Zat
Gejala sakau dapat bervariasi tergantung pada zat yang dikonsumsi. Berikut adalah beberapa gejala umum yang terjadi pada beberapa jenis zat adiktif:
a. Sakau Narkotika (Heroin, Morfin, Opioid Lainnya)
- Nyeri otot dan sendi yang ekstrem
- Keringat berlebihan dan demam
- Mual, muntah, dan diare
- Insomnia dan kegelisahan
- Detak jantung meningkat
- Depresi dan keinginan kuat untuk menggunakan kembali
b. Sakau Sabu dan Kokain
- Kelelahan yang luar biasa
- Depresi berat dan kecemasan
- Halusinasi dan paranoia
- Gangguan tidur, mimpi buruk
- Rasa lapar yang meningkat
- Penurunan motivasi dan energi
c. Sakau Alkohol
- Tremor (tangan gemetar)
- Mual dan muntah
- Kejang dan delirium tremens (DT)
- Detak jantung tidak stabil
- Kebingungan dan halusinasi
- Tekanan darah meningkat
d. Sakau Benzodiazepin (Xanax, Valium, dan Obat Tidur Lainnya)
- Serangan panik dan kecemasan ekstrem
- Kejang dan tremor
- Pusing dan sulit berkonsentrasi
- Insomnia yang parah
- Depresi mendalam
- Sensitivitas terhadap cahaya dan suara
Sakau bisa menjadi kondisi yang sangat menyiksa dan berbahaya. Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan agar seseorang bisa pulih dengan lebih aman dan menghindari risiko kambuh.
3. Cara Mengatasi Sakau dengan Aman
Mengatasi sakau bukanlah proses yang mudah, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, seseorang dapat melalui fase ini dengan lebih aman dan nyaman. Berikut beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengatasi sakau, baik secara medis maupun alami:
a. Detoksifikasi di Bawah Pengawasan Medis
Detoksifikasi adalah proses mengeluarkan zat adiktif dari tubuh secara bertahap. Pada kasus sakau yang parah, detoksifikasi harus dilakukan di bawah pengawasan medis untuk mencegah komplikasi serius seperti kejang, gagal jantung, atau depresi berat. Beberapa langkah dalam detoksifikasi medis meliputi:
- Pemberian obat-obatan untuk meredakan gejala sakau, seperti metadon atau buprenorfin bagi pengguna opioid, serta benzodiazepin bagi penderita sakau alkohol untuk mengurangi risiko kejang.
- Pemberian cairan infus untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan mencegah dehidrasi.
- Terapi oksigen bagi mereka yang mengalami gangguan pernapasan akibat sakau.
- Monitoring ketat oleh tim medis untuk mencegah kemungkinan komplikasi yang mengancam nyawa.
b. Menggunakan Obat Penunjang untuk Meredakan Gejala
Beberapa obat yang dapat membantu meringankan gejala sakau meliputi:
- Paracetamol atau ibuprofen untuk mengatasi nyeri otot dan demam.
- Antiemetik (obat anti-mual) seperti ondansetron untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
- Melatonin atau obat tidur ringan untuk membantu mengatasi insomnia akibat sakau.
- Antidepresan dan obat anti-kecemasan untuk pengguna yang mengalami gangguan psikologis parah.
Namun, penggunaan obat-obatan ini harus selalu dikonsultasikan dengan dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
c. Meningkatkan Asupan Cairan dan Nutrisi
Ketika mengalami sakau, tubuh kehilangan banyak cairan akibat keringat berlebih, muntah, atau diare. Oleh karena itu, penting untuk menjaga hidrasi dengan minum air putih, jus buah alami, atau minuman elektrolit. Selain itu, mengonsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan, dan protein dapat membantu tubuh lebih cepat pulih.
d. Teknik Relaksasi dan Meditasi
Sakau sering kali disertai dengan kecemasan, stres, dan gangguan tidur. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, yoga, dan terapi musik dapat membantu menenangkan pikiran serta mengurangi tekanan emosional yang muncul selama proses sakau.
e. Dukungan Psikologis dan Rehabilitasi
Sakau bukan hanya masalah fisik, tetapi juga gangguan mental dan emosional. Oleh karena itu, dukungan dari psikolog, terapis, atau kelompok rehabilitasi sangat penting untuk membantu seseorang tetap termotivasi dalam proses pemulihan. Beberapa bentuk terapi yang dapat membantu meliputi:
- Terapi Kognitif Perilaku (CBT) untuk mengubah pola pikir negatif yang berkontribusi pada kecanduan.
- Konseling individu atau kelompok untuk mendapatkan dukungan dari sesama mantan pengguna narkoba.
- Terapi keluarga untuk memperbaiki hubungan dengan orang-orang terdekat yang terdampak oleh kecanduan.
Dengan pendekatan yang tepat, sakau bisa diatasi secara efektif, sehingga seseorang dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan bebas dari ketergantungan zat adiktif.
4. Berapa Lama Sakau Bertahan?
Durasi sakau berbeda-beda tergantung pada jenis zat yang digunakan, tingkat ketergantungan, serta kondisi fisik dan mental pengguna. Secara umum, berikut adalah perkiraan waktu sakau berdasarkan jenis zat:
- Opioid (Heroin, Morfin, Fentanil, dll.): 5–10 hari, dengan gejala terberat dalam 72 jam pertama.
- Sabu dan Kokain: 1–2 minggu, dengan efek psikologis seperti depresi dapat bertahan lebih lama.
- Alkohol: 5–7 hari, tetapi dalam kasus parah, delirium tremens bisa berlangsung hingga 2 minggu.
- Benzodiazepin: Beberapa minggu hingga bulan, tergantung pada dosis dan lamanya penggunaan.
Dalam banyak kasus, sakau psikologis (seperti keinginan untuk kembali menggunakan narkoba, kecemasan, dan depresi) bisa bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun jika tidak ditangani dengan terapi yang tepat.
Kesimpulan
Sakau adalah kondisi yang sangat berat, baik secara fisik maupun mental, tetapi bukan sesuatu yang mustahil untuk diatasi. Dengan pendekatan medis yang tepat, dukungan psikologis, serta pola hidup sehat, seseorang bisa melewati fase sakau dengan lebih aman dan kembali menjalani hidup yang lebih baik.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami sakau akibat ketergantungan narkoba, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Semakin cepat mendapatkan pertolongan, semakin besar peluang untuk pulih dan terbebas dari lingkaran kecanduan. Ingat, pemulihan adalah perjalanan yang membutuhkan kesabaran dan dukungan, tetapi hasilnya sepadan dengan usaha yang dilakukan.

Gali Ega merupakan praktisi di bidang rehabilitasi narkoba. Berpengalaman lebih dari 4 tahun sebagai staff rehabilitasi narkoba. Aktif menulis mengenai mental health, NAPZA, antisipasi dan perawatan korban pecandu narkoba.




