World Health Organization (WHO) kini tidak lagi mengklasifikasikan transgender sebagai penyakit mental. Namun, bukan berarti tidak ada masalah psikologis transgender yang menyertai.
Masalah psikologis tetap ada dan perlu perhatian besar untuk menghindari transgender menghadapi risiko yang lebih besar.
Contohnya, mengalami diskriminasi berkepanjangan seperti yang saat ini terus berlangsung.
Layaknya manusia normal, transgender juga bisa mengalami gangguan psikologis. Apa saja masalah psikologis dan apa faktor saja yang memicunya?
4 Masalah Psikologis Transgender yang Perlu Perhatian
Ada 1 dari 5 orang yang mengalami transgender setiap tahunnya dan angka komunitas transgender terus meningkat. Setiap transgender bisa memiliki lebih dari satu masalah kesehatan mental yang mengkhawatirkan.
Berikut ini beberapa masalah psikologis yang kerap mereka alami:
1. Gangguan Kecemasan
Melansir Health Partners, Asosiasi Kecemasan dan Depresi Amerika menyebutkan bahwa ada 1 dari 5 orang dewasa yang mengalami gangguan kecemasan. Masalah psikologi ini merupakan hal yang umum terjadi khususnya di kalangan transgender.
Khusus transgender, gangguan kecemasan bisa tiga kali lipat lebih parah dibandingkan orang pada umumnya. Penyebab gangguan kecemasan ini sebagian besar adalah penolakan transisi menuju gender baru.
Penolakan terjadi di lingkungan terdekat seperti keluarga dan juga teman. Hal ini berdampak pada transgender yang tidak bisa mengekspresikan diri dengan benar sehingga mengalami gangguan kecemasan.
2. Depresi
Depresi pada transgender adalah masalah psikologis yang paling umum terjadi. Melansir Health Partners, pada survei Trevor Project, ada 69% transgender usia remaja yang mengalami gejala depresi.
Lagi-lagi, penyebabnya adalah adanya stigma negatif mengenai transgender dari lingkungan. Transgender yang awalnya mengalami gangguan kecemasan lama kelamaan akan mengalami stres berkelanjutan dan mengarah pada depresi.
Kepercayaan diri akan menurun sehingga sulit bagi transgender melakukan aktivitas di masyarakat. Sulit untuk mereka mampu menunjukkan kemampuan diri dan terbebas dari depresi.
3. Keinginan untuk Menyakiti Diri Sendiri
Self harm menjadi masalah psikologis transgender yang sangat mengkhawatirkan. Menurut Yayasan Amerika untuk Pencegahan Bunuh Diri, ada sekitar 0,5% orang dewasa yang melakukan percobaan bunuh diri.
Transgender memiliki penyumbang terbesar dari data tersebut. Ada beberapa faktor penyebab transgender melakukan upaya menyakiti diri sendiri dengan bunuh diri.
Pertama, karena adanya diskriminasi yang mengarah pada kekerasan verbal, fisik, dan seksual. Kedua, transgender juga tidak mendapat dukungan dari keluarganya. Ketiga, kehadiran kebijakan baru yang merugikan transgender.
4. Penyalahgunaan Narkoba
Tidak sedikit juga transgender yang lebih memilih menyalahgunakan obat terlarang seperti narkoba selain self harm.
Adanya pandangan diskriminatif pada kaum transgender menjadi penyebab utamanya sehingga sulit menempatkan diri.
Beberapa transgender juga lebih memilih menggunakan narkoba karena sulit untuk menerima diri sendiri.
Penyalahgunaan obat ini pun akhirnya akan berujung pada ketergantungan narkoba.
Faktor yang Memicu Masalah Kesehatan Mental Transgender
Menilik pada latar belakang transgender, maka ada banyak faktor yang dapat memicu masalah kesehatan mentalnya.
Beberapa faktor inilah yang membuat kaum transgender lebih memilih untuk menyembunyikan identitas karena takut penolakan. Berikut ini beberapa faktor pemicunya:
1. Disforia Gender
Faktor pertama adalah disforia gender yaitu kondisi seseorang yang tertekan karena ketidakcocokan jenis kelamin biologis dan identitasnya. Faktor internal yang menyebabkan masalah psikologis akan menimbulkan luka batin.
Contohnya, seorang pria trans yang tertekan karena memiliki payudara dan menganggap payudara bukan bagian dari tubuhnya. Hal ini akan memicu kesalahan asumsi mengenai identitas gendernya karena adanya payudara.
Dampak psikologis yang muncul bisa berupa sulit melakukan aktivitas sehari-hari atau mengikuti acara sosial. Gangguan kecemasan menjadi masalah kesehatan mental pertama yang kerap muncul.
2. Minim Support dari Keluarga dan Teman
Dampak positif transgender yaitu terbebas dari masalah psikologi tidak akan didapatkan jika tidak ada support dari lingkungan terdekat. Baik itu dari keluarga maupun teman seringkali menjadi faktor penyebab paling besar.
Tidak semua orang bisa menerima apalagi memahami ketika seseorang lebih memilih untuk menjadi transgender. Ketika seorang transgender lebih memilih menunjukkan dirinya, maka mereka tidak akan diterima.
Keluarga bahkan ada yang tidak mengakui nama mereka dan lingkungan sosial seperti pertemanan mulai memusuhinya. Tidak adanya dukungan inilah yang bisa memicu masalah psikologis seperti keinginan bunuh diri.
3. Perasaan Kesepian dan Terisolasi
Berawal dari ketakutan penolakan dari keluarga dan lingkungan sekitar, membuat transgender lebih memilih untuk merahasiakan jati dirinya. Hal ini akan mengarah pada keinginan untuk mengisolasi diri dari lingkungan.
Transgender mulai menjaga jarak dengan keluarga terdekat yang lama kelamaan akan menciptakan kesepian. Merasa kesepian merupakan penyebab terbesar dari masalah kesehatan mental bahkan pada orang pada umumnya.
4. Lingkungan Kerja dan Sekolah
Masalah psikologis transgender juga bisa berasal dari lingkungan kerja dan sekolah. Beberapa negara, seperti Belanda, Spanyol, Argentina melegalkan, dan membuat hukum tertentu tentang transgender sehingga mereka merasa terlindungi.
Sayangnya, di beberapa negara yang tidak melegalkan transgender membuat mereka merasa tertekan saat berada di lingkungan sekolah atau kerja. Mereka akan kesulitan untuk menggunakan kamar mandi yang sesuai dan hal umum lainnya.
Belum lagi dengan adanya perilaku permusuhan dari kelompok yang menentang transgender membuatnya tidak memiliki ruang di publik.
5. Masalah Finansial
Sulitnya mendapat pekerjaan mendapat kaum transgender mengalami banyak masalah finansial. Masalah ini bisa memicu kesehatan mental karena mereka tidak tahu bagaimana harus mendapatkan makan di masa depan.
Masalah finansial akan memicu stres berkepanjangan, depresi dan juga tidak aman. Tidak heran, jika banyak transgender yang akhirnya menjadi tunawisma karena mendapat penolakan dari lingkungan keluarga hingga pekerjaan.
Bagaimana Lingkungan Seharusnya Menyikapi Kesehatan Mental Transgender
Kehadiran transgender tidak dapat dihapuskan dan masalah kesehatan mental mereka juga perlu perhatian besar.
Anda yang memiliki keluarga atau kenalan transgender perlu menyikapi masalah kesehatan mental ini dengan bijak. Beberapa hal berikut inilah yang seharusnya dilakukan:
1. Membangun Kedekatan
Apabila Anda menemui kasus transgender di lingkungan sebaiknya jangan mengabaikan. Membangun kedekatan agar mereka terbuka menjadi hal yang sangat penting.
Hindari melakukan diskriminasi dan tidak menjatuhkan baik secara fisik atau verbal. Langkah ini akan membantu meringankan beban stres mereka.
2. Memberi Dukungan untuk Mendapatkan Terapi
Apabila Anda menemukan kasus masalah kesehatan mental, contoh transgender melakukan percobaan bunuh diri. Lebih baik Anda mendukungnya untuk mendapatkan terapi secara medis.
Terapi akan membantu mereka untuk menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi. Mendukung dan memberikan motivasi agar tetap terus mengikuti terapi dengan cara mendampingi terus menerus adalah langkah yang tepat.
3. Memahami Isu Transgender
Demi lebih mudah melakukan pendekatan, Anda sebaiknya memahami isu-isu terkait tentang transgender. Memahami isu ini akan memudahkan Anda berpikiran secara objektif sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar tidak diskriminatif.
Membangun lingkungan yang positif akan membantu transgender untuk cepat pulih dan menerima dirinya. Masalah psikologis transgender tidak dapat dianggap remeh karena mereka juga manusia. Jangan hindari dan terus dukung perkembangannya agar bisa menjalani kehidupan yang layak.

Gali Ega merupakan praktisi di bidang rehabilitasi narkoba. Berpengalaman lebih dari 4 tahun sebagai staff rehabilitasi narkoba. Aktif menulis mengenai mental health, NAPZA, antisipasi dan perawatan korban pecandu narkoba.